Masalah kebebasan beragama di Indonesia tetap menjadi salah satu sorotan utama yang masih menghiasi media. Meskipun banyak pihak yang menyatakan bahwa hubungan antar umat beragama tetap terjaga, namun tak dapat dipungkiri dibeberapa wilayah, konflik beragama tak dapat terhindarkan.
“Saya lahir di sini (Indonesia), walaupun warga negara Amerika, sejak kecil saya terpengaruh Presiden Soekarno mengenai kemerdekaan, dimana salah satunya adalah kemerdekaan beragama. Oleh karena itulah negara ini memiliki Pancasila. Dan kalau agama-agama itu membenci satu sama lain, itu bukan agama namanya. Sebab agama selalu mengajarkan umatnya untuk melayani dan mengasihi satu sama lain,” ungkap Pendeta Suryadinata dari Global Ministry kepada Jawaban.com di Jakarta, Minggu (26/8).
Menyikapi diskriminasi yang terjadi terhadap beberapa jemaat Kristen yang dipersulit izin pendirian rumah ibadah berikut dengan kegiatannya, Pendeta Suryadinata menyatakan bahwa dasar untuk menyelesaikan itu semua adalah sebuah kesadaran didalam diri masing-masing bahwa umat beragama adalah mahluk yang saling Bantu-membantu satu sama lain. Jika ini disadari, gesekan tidak mungkin terjadi.
“Sebagai orang yang mengaku beragama, terutama orang-orang yang beriman harusnya hidup kita menjadi teladan yang baik untuk menolong satu sama lain dan mengasihi satu sama lain, nantinya masyarakat dan negara kita bisa berkembang,” paparnya.
Selain itu Suryadinata juga mendesak agar pemerintah mau berani untuk menyelesaikan berbagai masalah terkait kebebasan beragama melalui penegakan hukum. “Pemerintah harus menegakan hukum yang sudah berlaku. Hakekatnya adalah penegakan hukum yang harus dilakukan.”
Kesadaran bermasyarakat dalam kehidupan beragama akan mempererat persatuan kebangsaan. Hal ini hanya perlu ditopang oleh kuat dan beraninya negara untuk bertindak dan mengambil kebijakan terhadap kelompok kepentingan yang mau merusaknya.